Etika Meminta Oleh-Oleh Ala Tukang Jalan Jajan

Sepertinya Tukang jalan jajan perlu sedikit menulis tentang etika meminta oleh-oleh. Saya bukan tipe orang yang pelit untuk membelikan oleh-oleh tapi kalau di minta dengan spesifik jelas saya menolaknya. Semisal “eh beliin kain sutera Thailand dong, yang halus di toko A kalau bisa motifnya yang ada gajahnya dan warnanya biru ya. Thanks”. Menurut kamu?

Siapa yang sering dimintai oleh-oleh atau di todong buah tangan bahkan sebelum berangkat traveling?

Damnoen Saduak Floating Market di Bangkok
Sepertinya Tukang jalan jajan perlu sedikit menulis tentang etika meminta oleh-oleh. Saya bukan tipe orang yang pelit untuk membelikan oleh-oleh tapi kalau di minta dengan spesifik jelas saya menolaknya. Semisal “eh beliin kain sutera Thailand dong, yang halus di toko A kalau bisa motifnya yang ada gajahnya dan warnanya biru ya. Thanks”. Menurut kamu?

Ular dan whiski di pasar Rakyat Banthe Ho Chi Mihn
Saya sering backpackeran dengan waktu yang panjang dan beberapa tempat sekaligus. Bayangkan saja jika ransel yang harusnya tidak lebih dari 7 kilo harus bertambah berat karena setiap orang meminta di bawakan buah tangan. Jika teman jalan jajan termasuk sosialita dan juga punya banyak rekan kantor. Pasti akan ada 1 kontainer benda yang harus di bawa. Belum lagi harus menyesuaikan keinginan sang pemesan.

Lho? Terus kapan saya bisa menikmati perjalanan jika harus mengerjakan banyak hal seperti itu? Biasanya saya selalu dengan tegas akan menolak jika memang saya tidak melewati tempat tersebut tapi kalau memang barangnya kecil dan tidak merepotkan, mungkinlah sambil lalu akan saya cari. Tapi kalau tidak ketemu, jangan marah dong :)

Permen kelapa  di pasar Rakyat Banthe Ho Chi Mihn
Saya pernah dimintai untuk membeli macam-macam, sampai sepatu merk tertentu di toko tertentu di Singapura, sementara rute saya masih ada 4 negara lagi yang dikunjungi setelahnya. Masa iya saya menenteng tas branded kesana kesini dengan melewati imigrasi dan bea cukai dan harus mengisi formulir ini itu setiap lewat karena barang yang saya bawa kategori mewah dengan harga yang lumayan. Walaupun saya sudah dititipin uang bahkan di beri lebih sebagai “upah”. Saya jelas tolak, merepotkan dengan konsekuensi yang besar. Iya kalau selamat sampai tujuan, kalau ngga?

Lalu apakah ada etika meminta oleh-oleh untuk “fakir” oleh-oleh? Coba mari kita buka hati dan pikiran dengan beberapa hal berikut :

Mari berpikir, apakah teman yang dimintai oleh-oleh punya kondisi keuangan yang cukup. Ingatlah ada perbedaan mencolok antara kata, ‘Holiday’, ‘Vacation’, ‘Journey’, ‘Traveling’ atau ‘Backpacking’.

Rosario di depan katedral Ho Chi Mihn City
Ingatlah bahwa mencari buah tangan butuh waktu dan tenaga. Tidak semua orang punya waktu yang cukup. Biasanya orang yang bepergian juga sudah sangat direpotkan dengan titipan sanak famili.

Bagasi penumpang biasanya dibatasi 20-30 kg saja bahkan bagi saya yang sering naik penerbangan murah jarang sekali membeli bagasi karena hanya membawa 1 ransel saja. Jika teralu banyak barang bawaan, selain repot pasti ada biaya tambahan untuk bagasi pesawat.

Penjual kipas bulu merak di Pasar Bunga Bangkok
Secara pribadi, saya tanpa dimintapun pasti membelikan beberapa souvenir khas atau benda-benda yang unik dan gampang di bawa. Mungkin tidak semuanya bisa kebagian tapi paling tidak, teman terdekat pasti mendapat ‘jatah’.

Pernah beberapa kali ada yang ‘ngenyek’, ”duh..... cuman gantungan kunci ya? Ngga ada yang lain kah?”. Untuk itulah tulisan mengenai etika meminta oleh-oleh ala tukang jalan jajan di tulis

Dari cerita tukang jalan jajan di atas, sudah bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya kan? Saya hanya berpikir, terkadang beberapa orang di muka bumi ini kurang bersyukur dengan apa yang sudah di peroleh.

Saya sebenarnya lebih ingin menciptakan semangat agar teman jalan jajan yang lain termotivasi untuk bisa menuju tempat yang sama dan merasakan sendiri sensasinya. Sekalian bagaimana rasanya kalau ada teman yang juga memperlakukan sedemikian rupa. Selain itu saya juga sering menegaskan bahwa saya jenis penikmat perjalanan bukan tukang belanja. Kalaupun belanja hanya di pasar malam atau pasar rakyat dengan harga barang yang terjangkau.

Saya pribadi lebih menunggu cerita dan foto perjalanan yang dihadirkan supaya tukang jalan jajan bisa juga mengunjungi tempat tersebut dan mengeksplorasi hal lain yang lebih menarik.

Manisan dan kopi Vietnam
Jika ada teman yang hendak bepergian, saya biasanya mengingatkan hal-hal penting yang harus di bawa, rute terbaik, lokasi wajib kunjung atau mendoakan perjalanan lancar dan selamat sampai di tujuan dan kembali dengan bahagia. Jangan lupa anjurkan yang ingin buah tangan membaca etika meminta oleh-oleh ala tukang jalan jajan.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.