Fringe Festival. Kesempatan musisi lokal untuk unjuk diri.


Tidak ada musisi yang tiba-tiba langsung menjadi besar dan terkenal, semuanya akan bermula dari nol dan harus merintis dan memulai secara bertahap. Menapaki tangga satu persatu, belajar dari kegagalan dan terus maju. Dari yang muncul tanpa dibayar dimana-mana dan menjadi musisi kelas dunia yang dibayar mahal. Semuanya butuh perjuangan yang tidak gampang. Jangankan berbicara karir internasional, menembus pasar nasional saja sulit. 


Cara yang bisa dimanfaatkan untuk memancarkan karir adalah dengan tampil di acara festival berskala internasional. Sepertinya sang direktur festival, Paul Augustin tahu benar bagaimana susahnya menjadi musisi. Beliau sendiri yang sudah malang melintang di dunia musik selama paling tidak 20 tahun menjadikannya sangat paham kesulitan yang dihadapi musisi lokal. Berdasarkan hal itulah panggung Creative Malaysia Fringe dihadirkan. Ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasi musisi lokal untuk menunjukkan bakat mereka dan menembus pasar dunia. 



Dipastikan persaingan sangat ketat karena paling tidak ada 15 grup yang hadir selama dua hari di tiga panggung. Mereka berusaha menunjukkan penampilan terbaiknya karena di Penang Jazz Festival ini juga diundang banyak perwakilan festival yang tersebar di Asia, Eropa dan Amerika. Disinilan kesempatan mereka mengambil perhatian dengan menunjukkan kemampuan dan kualitas mereka dalam bermusik. 



Penampilan di panggung ini memang bermacam-macam, tidak hanya jazz secara garis besar tapi juga beberapa genre lain seperti soul, RnB, country, pop, rock dan masih tetap dengan balutan jazz. Mereka yang tampil disini adalah Ash & Oak Trees, De Leon Jazz Experience, Sid & The Troublemakers, Uglymen, Manuel Ukelele, The Mash, Sheila Julis, Hazel and Jay, Air Pockets, Rozella, Christian Mark Theseira, Pulra, Caitlynn & Caleb Savari, The Endleaves dan Tet Lim Effect. Kesemuanya tampil di tiga lokasi berbeda Bayview Beach Resort, HardRock Hotel dan Parkroyal Penang Resort.

Musisi lokal yang ada disini semuanya terpilih, ada yang mengajukan proposal untuk tampil namun ada juga yang diajak Paul Augustin karena melihat penampilan mereka yang bagus. Saya sempat berkeliling dan berbincang dengan beberapa penonton yang hadir disekitar panggung. Beberapa mengatakan bahwa mereka menyukai dengan penampilan Christian Mark Theseira yang sekilas memiliki suara mirip John Legend dan teknik menyanyi yang soulfull. Beberapa menyukai kombinasi dan permainan musik dari Tett Lim Effect yang harmonis. Sekali lagi, penampilan dipanggung ini semuanya menarik.


Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.