Catatan Hari ke 4 @dodon_jerry Rainforest World Music Festival



Hari ke 3 ini adalah hari terakhir, lelah masih terasa karena sabtu kemarin banyak sekali hal yang harus dilakukan. Tapi saya masih bersemangat untuk menikmati ini sampai selesai. Masih banyak kegiatan hari ini yang harus dilakukan, bangun agak siang dan mencari sarapan dilanjutkan dengan menulis kegiatan yang menarik hari ini. Seperti biasa sehabis sarapan segera untuk bersiap mengecek email dan menghadiri konferensi pers para penampil yang tampil. Beberapa pertanyaan media berhamburan untuk dijawab oleh penampil.












Hari ini terjadwal untuk penampilan di theatre pukul 14.15-15.00 adalah Lan E Tuyang dari Sarawak yang merupakan grup trdisional yang menggunakan sape’ dan gong sebagai alat musiknya dilanjutkan dengan penampilan Ryuz dari Jepang pukul 15.30-16.15. saya menyaksikan dari awal sampai akhir karena tertarik dengan penampilannya, menggunakan 2 gendang ukuran besar dan satu alat musik petik bernama Tsugaru Samizen yang sangat terdengar berirama, terkadang sangat lembut terkadang kasar bertenaga. Dengan suara penyanyi pria dan wanita yang khas dengan vibra yang luar biasa, seandainya ada kabuki pasti lebih seru. Boleh dibilang kelompok ini sangat interaktif mengajak penonton bertepuk tepuk atau berteriak sesuai nada. Keren!

Untuk penampilan di 2 panggung utama dimulai dari Tree Stage pukul 20.15-21.15 ada Lo Cor De La Plana dari Prancis lalu pukul 21.45-22.45 diikuti dengan performance dari Gordie Mackeeman; the Rhythm Boys dari Canada sedangkan di Junggle Stage, kita bisa melihat penampilan Geng Wak Long dari Malaysia yang memang sudah terkenal dan mempunyai program di TV sendiri, boleh dibilang. Kalau di Indonesia, ini semacam acara lenong, ada lawakan, pantun, menari dan nyanyian. Semuanya menjadi satu. Lalu pukul 21.15-21.45 diikuti dengan penampilan dari gema seribu yang merupakan sekumpulan pemusik yang harus melewati audisi setiap tahun untuk bisa bergabung di kelompok ini.

Dilanjutkan lagi pukul 22.45-11.45 ada Jagwa musik Zimbabwe yang akan membawakan nuansa Afrika kembali. Pastinya dengan gaya tarian dan musik yang luar biasa untuk membuat seluruh penonton bergoyang. Yang lebih seru lagi dipukul 23.45-00.15 seluruh artis berkumpul dipanggung dan menyanyi bersama sebagai penutupan acara di Rainforest World Music Festival ke 17 ini. Mereka mempersembahkan sebuah lagu yang merayakan kebersamaan dalam perbedaan. Semuanya dalam satu bahasa yaitu musik. Boleh saya acungi jempol bagi paniia untuk tata panggung, audio System, lighting dan big giant screen yang sangat membantu dan yang paling adalah penonton, dimana disini bebas menari bersama dengan musik tanpa perlu khawatir itu salah atau benar. Semua menjadi satu dalam kebahagian pesta ditengah hutan.

Akhirnya kami juga para awak media melakukan farewall party, berkumpul sambil menikmati supper. Saling mengucapkan selamat jalan dan berharap tahun depan bertemu lagi dan bisa menikmati Rainforest World Music Festival berikutnya. Semoga banyak kebahagiaan yang bisa dirasakan selama hampir 1 minggu bersama pawa awak media. Mala mini juga ditutup dengan farewall party dengan para penampil yang sangat ramah dan tentu saja ditutup dengan jam session yang membuat semuanya bahagia. Semoga hal menarik seperti ini bisa dirasakan lagi tahun depan. Semoga 
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.