Banjarmasin Part 5 < Menikmati Nasi Kuning Banjarmasin



Perjalanan saya di Banjarmasin cukup banyak meninggalkan cerita lucu, seru sekaligus menyebalkan, termasuk berburu kuliner pastinya sudah menjadi hal wajib yang harus saya jalani, kebetulan penunjuk jalan saya menunjukkan sebuah pasar yang lumayan tetap ramai walaupun sudah malam, kebetulan disana juga ada warung kopi yang buka sampai malam dan juga penjual makanan dan kue kue yang masih buka.

Memang pasarnya sedikit sumpek dan kurang tertata ditambah jalan yang sempit dan parkir motor dipinggir jalan yang cukup semrawut. Ternyata walaupun sudah malam masih banyak juga masyarakat yang jajan disepanjang jalan ini, entah sekedar minum kopi dan makan kue hingga makan berat. Kalau saya liat dipasar ini banyak juga pedagang kelontong dan barang bekas disekitarnya.
 
Oh ya, pasar ini dikenal dengan nama pasar Lama terletak di jalan Perintis Kemerdekaan yang dulunya lebih dikenal dengan nama Jalan Pasar Lama. Akses menuju pasar ini selain menggunakan sarana angkutan jalan darat juga menggunakan sarana angkutan sungai. Masyarakat Kota Banjarmasin sampai sekarang baik yang berprofesi sebagai pembeli maupun pedagang masih banyak yang menggunakan sarana angkutan sungai, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal disepanjang pinggiran Sungai Martapura.

Pasar Lama / Abadi Beton sudah ada sejak Tahun 1945 yang mana pada saat itu pasar tersebut pedagangnya hanya berjualan sayur, ikan dan sembako saja. Dan seiring perkembangan jumlah penduduk serta kemajuan pembangunan daerah yang berdampak pada meningkatnya aneka kebutuhan masyarakat Kota Banjarmasin keberadaan pedagang konveksi dan pedagang emas turut melengkapi keanekaragaman Pasar Lama.

Akhirnya saya mengajak teman saya untuk mencari warung kopi yang menjual makanan enak disini dan tentu saja masih bisa dikunjungi ada beberapa makanan khas yang bisa didapatkan disini. Yang saya incar kali ini adalah nasi kuning khas Banjar dengan lauknya yang bermacam-macam dan membuat saya penasaran. Jika di Jawa ada nasi pecel dan di Betawi ada nasi uduk sebagai menu sarapan, di Kalimantan Selatan ada nasi kuning sebagai hidangan wajib yang selalu hadir dalam menu sarapan Urang Banjar (sebutan untuk orang Banjar). Tak seperti nasi kuning yang biasa kita temui pada acara-acara yang menghadirkan nasi tumpeng, nasi kuning disini memilki ciri nasinya yang tidak pulen alias burai dan disajikan dalam bungkus daun pisang dengan berbagai pilihan lauk.
 
Beberapa orang suka menyingkat macam-macam lauknya dengan 5H, yaitu Haruan( ikan gabus), Hintalu (telur), Hati, Hayam, dan Hitik. Dan kesemua lauk tersebut dimasak bumbu Habang (bumbu merah). Uniknya, untuk membedakan isi lauk di dalamnya, pedagang memasang tusuk yang berbeda-beda pada bungkusnya. Misalnya tusuk satu artinya di dalamnya adalah lauk Haruan, tusuk dua berarti lauk ayam, dst. Memang sih sebenarnya tidak ada yang terlalu aneh, cuman karena saya lidahnya jawa berasa aneh saat harus menikmati nasi kuning dengan masakan Habang yang citarasanya mirip dengan bumbu Bali di Jawa. Tapi saya tetap menikmati makanan ini sebagai salah satu kuliner mantap Banjarmasin. Rasa nasi kuning yang gurih dipadu dengan bumbu habang yang sedikit pedas, berminyak dan gurih ditambah dengan ikan haruan (gabus) yang manis. Menjadikan perpaduan kenikmatan makanan lokal yang boleh dijadikan alternatif makanan.

Bagi yang malas makan nasi, tersedia juga lontong dan berbagai macam wadai (jajanan) seperti untuk-untuk (semacam bolang-baling), pais pisang (nagasari), dan lainnya. Oh iya jangan lupa memesan teh hangat sebagai minumannya, pokoknya beda deh rasanya dengan teh-teh yang anda kenal sebelumnya.







Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.