Pilih Makanan Tradisional atau Modern?
Entah kenapa orang
Indonesia terkadang lebih suka nyobain makanan luar negeri, padahal belum semua
makanan dan minuman Indonesia di cobain. Entah berapa puluh ribu jumlah makanan
asli Indonesia dari berbagai macam suku yang ada dari sabang hingga merauke,
semuanya pasti mempunyai sesuatu yang khas walaupun terkadang ada sedikit
kemiripan. Apa mungkin ada pemikiran bahwa makan makanan tradisional akan
terlihat kuno?
Mungkin alasan yang
paling bisa diterima adalah akibat invasi makanan asing yang benar benar
menyerbu Indonesia. Dimana mana gerai makanan cepat saja asal negara luar masuk
ke Indonesia dan menjadi trendsetter yang membuat banyak orang harus mencobanya
jika tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman. Cukup miris dengan keadaan ini
tapi beberapa kelompok masyarakat akan sangat mudah dipengaruhi oleh hal
tersebut.
Kalau pernah mencoba
pergi ke bazaar makanan, dominasi saat ini pasti kebanyakan makanan korea dan
beberapa makanan dari negara asia lainnya seperti Jepang. Lalu kemana makanan
Indonesia yang lezat dan dengan rasa yang sangat kaya harus tertinggal dan
mulai dilupakan oleh remaja. Banyak sekali makanan yang mulai susah ditemui
karena peminatnya yang sedikit, tidak jarang makanan ini hanya hadir disaat
bulan puasa saja.
Toko roti lebih
banyak menjamur ketimbang kios jajanan pasar, banyak orang lebih suka menjual
roti ala Perancis atau Amerika karena lebih disukai oleh pasar, sementara kios
jajanan pasar hanya buka dipagi hari sementara toko roti bisa buka lebih dari
12 jam. Padahal menurut saya kue tradisional juga punya peminat yang cukup
banyak, rasanya juga tidak kalah dengan kue Barat. Atau mungkin kemasan yang
kurang menarik sehingga kue tradisional tidak cocok dijual di mall atau
bandara?
Dibagian minuman juga
tidak kalah invasinya. Penetrasi pasar minuman ala luar negeri juga mengancam
minuman tradisional, apalagi minuman tradisional juga harus digencet oleh
minuman kemasan. Minuman tradisional jelas lebih sehat dan tanpa bahan pengawet
dan tentu saja akan lebih sehat, apalagi kalau melihat makanan tradisional
pasti lebih gampang dibuat sendiri ketimbang makanan luar negeri yang belum
tentu bahannya bisa kita temukan di Indonesia. Biasanya minuman tradisional
akan dibuat berdasarkan khasiat atau kegunaannya dalam kegiatan tertentu. Ada
filosofi menarik yang bisa kita pelajari.
Jika kita melihat
keluar, betapa terkenalnya beberapa makanan indonesia di mancanegara, sebut
saja rendang yang menjadi makanan favorit di beberapa negara Eropa dan Amerika,
apalagi nasi goreng ala Indonesia yang sudah terkenal sejak zaman dahulu saat
bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, atau tempe yang sudah menjadi primadona
di Jepang. Lalu apa alasan masyarakat kita tidak mau mengkonsumsinya?
Beberapa waktu yang
lalu saya sempat membaca sebuah tulisan, dimana sudah ditetpkan 30 ikon kuliner
tradisional Indonesia. Kuliner tersebut terdiri dari kuliner pusaka, tradisi
dan unggulan, mulai dari makanan pembuka, hingga penutup.
Landasan pemilihan 30
ikon kuliner tradisional Indonesia tersebut, berdasarkan beberapa
kriteria. Pertama, bahan baku harus mudah diperoleh, baik di dalam maupun luar
negeri, yang kedua kuliner tersebut telah dikenal oleh masyarakat luas, serta
ada pelaku profesional praktisi kuliner tersebut
Tiga puluh ikon
kuliner tradisional Indonesia, yang diseleksi oleh Kelompok Kerja buatan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang terdiri dari para praktisi dan
pakar kuliner, yaitu Ayam Panggang Bumbu Rujak Yogyakarta, Gado-gado Jakarta,
Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu
Banjarnegara, Urap Sayuran Jogjakarta, Sayur Nangka Kapau, Lunpia Semarang,
Nagasari Jogjakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya,
Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura.
Berikutnya Sate
Maranggi Purwakarta, Klappertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali,
Rendang Padang, Orak-arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh
Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi
Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, Kunyit Asam Solo, serta
Nasi Tumpeng. Ke-30 ikon kuliner ini ditetapkan sebagai ikon kuliner
tradisional Indonesia di dalam maupun luar negeri.
Nah, diharapkan
makanan ini dapat hadir dalam setiap acara terutama acara kenegaraan dan tentu
saja ini harus menjadi kebanggan setiap masyarakat Indonesia. Lalu
pertanyaannya apakah anda sudah pernah merasakan 30 jenis makanan ini? Jika
belum, ada baiknya untuk mulai mencari dan icip icip rasanya. Jangan ragu juga
memperkenalkan makanan ini kepada para wisatawan yang mampir di Indonesia.
Makanan dan minuman lokal harus jadi raja dinegeri sendiri, para chef harus
mampu menghadirkan ini sebagai menu wajib ditempatnya bekerja.
Saya juga mendukung
jika program masak di televisi lebih mengutamakan resep makanan lokal sehingga
masyarakat dapat mengenal dan membuatnya sendiri, paling tidak bahannya dapat
diperoleh dengan modah, menggunakan sayur dan buah segar asli Indonesia dan
tentu saja geliat masyarakat untuk belanja dipasar tradisional dapat terus
ditingkatkan. Maju terus makanan dan minuman lokal Indonesia.
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry