Mie Tambi < Makan Siang


Pernah denger Mie Tambi ngga? Saya sendiri ngga pernah tahu sebelumnya, kesian yah. Kebetulan saya dapat rekomendasi dari teman saya di twiter yang kebetulan sama sama menyukai musik korea @YouLeeVIP , katanya disimpang BLKI dekat kantor Bank Indonesia yang baru ada warung Ade Rasa yang menyediakan makanan bertemakan timur tengah, menurut Yuli warung ini menyediakan nasi kebuli dan Cane serta mie tambi. Sebenarnya saya sendiri bukan penggemar makanan timur tengah karena saya bukan penggemar kambing. Tapi saya juga ingat bahwa masakan timur tengah tidak melulu kambing, bisa juga domba.
Saya penasaran juga untuk mencicipinya dan saya memesan ketiganya, mie tambi sang idola, nasi kebuli dan juga roti cane, untuk minumnya saya mencoba es serbat. Saya langsung mencoba menikmati makanan utamanya, mie tambi. Jujur saya penasaran karena saya belum pernah makan atau melihat bentuknya. Dari tampilannya saya pikir ini adalah spagetti kreasi Indonesia atau seperti mie Ongklok khas wonosobo. Saat dihidangkan aroma gurihnya sudah bisa tercium, dari 3 menu yang dihidangkan semua memiliki aroma yang sangat kencang dan semuanya bertekstur. Sepertinya aroma kencang timur tengah sudah memenuhi rongga hidung saya.
Mungkin saya tidak membahas 2 menu lain, saya ingin mengkhususkan untuk mie tambi saja, dilihat dari tampilan ukuran mie nya agak sedikit lebih besar
dari mie pada umumnya, (di produksi sendiri, tanpa pengawet dan bahan tambahan lainnya), dengan bumbu yang spesifik dan diatas bumbu, diberi potongan-potongan tahu, kentang, telur, kemudian ditabur bawang goreng dan irisan daun sop. Bumbu yang dimaksud disini seperti bumbu kacang namun encer, jika dicium dan dirasa, aroma ebi yang kencang tercium dan terasa gurih. Rasa bumbunya gurih, sedikit manis, gurih mungkin dari ebi dan kacang tanah. Memang tidak terlalu asin tapi rasa ini sudah cukup pas. Apalagi ditambah dengan bawang merah goreng dan irisan daun bawang, semakin memperkaya rasa dan aroma dari makanan ini, ada tambahan sayuran berupa taoge yang juga direndam dengan mie tersebut.


Mienya sendiri diakui dibuat sendiri oleh penjual dan hanya bertahan 3-4 jam diudara terbuka, jika ingin disimpan harus di freezer agar bisa bertahan, mienya sendiri sudah terasa enak jika dimakan dengan tahu atau telur rebus, saya sempat penasaran kenapa harus ditambahkan kentang juga, porsinya sendiri sudah cukup menurut saya, tapi ini cukup menarik sebagai pembedaan dengan yang lain juga. Saya sempat berbincang dengan sang pemilik, saya bertanya dari mana asal makanan ini. beliau mengatakan bahwa ini makanan timur tengah yang sudah di adaptasi menjadi selera melayu, tapi saya masih agak, karena menurut saya mie dan ebi merupakan ciri khas tionghoa sedangkan bumbu kacang dan tahu yang sering ditambahkan kedalam makanan biasanya dilakukan oleh madura. Bumbu kacang biasanya digunakan dimakanan jawa. Lalu kenapa namanya bisa mie Tambi. Apakah ada yang bisa menjawab pertanyaan saya??
Dari sini mungkin sedikit menjawab apa perbedaan mendasar dari mie ongklok khas wonosobo, yang menggunakan kuah dari tepung tapioka dengan menambahkan bawang merah, bawang putih, ebi dan kemudian baru ditaburkan bumbu kacang dan bawang goreng. Kuahnya sendiri seperti lendir, saat penyajiannya bisa ditambahkan cabe dan kecap bahkan terasi yang dihancurkan dibagian dasar piring/mangkok. Sayur yang digunakan adalah kucai dan kubis
Kadang makanan akulturasi membuat kita bingung darimana makanan ini berasal, tapi jujur, yang paling penting adalah masalah rasa, bagaimana makanan itu bisa bertahan dan tentu saja bisa dinikmati oleh pelanggan beda generasi, saya juga masih mencari tahu, dimana lagi ada penjual mie tambi, sekedar ingin membandingkan rasa, kira-kira bagaimana rasa originalnya. Karena menurut bapak penjual, mie ini familiat ditahun 70-80an namun sekarang makanan ini sudah langka dan susah untuk didapatkan.

Apakah ada blogger yang bisa mendapatkan informasi mengenai Mie Tambi selain di Warung makan Ade Rasa? Saya ingin sekali mencoba merasakannya dan mencari perbandingan rasa. Mudah-mudahan ada yang memberikan saya referensi baru
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.