Kebiasaan Menonton Orang Indonesia

Saya mencoba mencari data dan melihat sajian televisi Indonesia, cukup mengerikan dan membuat saya mengernyitkan dahi. Terutama untuk sinetron dan pertunjukan lainnya. Berikut saya kutip sedikit, Coba kita lihat hasil survey di bawah ini yang dimuat pada Tajuk Republika, 21 Juli 2008, ternyata dari 400 judul sinetron sepanjang 2006-2007 : 41,05 % menyangkut kekerasan psikologis, yang meliputi ; aksi mengancam, memaki, mengejek, melecehkan, memarahi, membentak, melotot. 25,14 % menyangkut kekerasan fisik, yang meliputi mencubit, memukul, mengeroyok, meninju dan menikam dan ada juga jenis-jenis kekerasan lainnya seperti kekerasan relasional, fungsional hingga kekerasan yang mengakibatkan rusaknya hubungan atau relasi.
Menurut Seto Mulyadi pemimpin Yayasan Pengembangan Media (YPMA) dan Komite Nasional Perlindungan Anak (KNPA), ternyata acara di TV terdiri dari 30% iklan, 30% sinetron dan sisanya sajian lain yang tidak bermutu. Sedang acara yang mengandung pendidikan hanya 1 %.


Bayangkan, sekian lama menonton televisi, ternyata hanya dijejali dengan hal-hal seperti ini. Mungkin untuk orang dewasa, tentu sudah menggunakan akal sehat untuk menonton televisi, lalu bagaimana dengan anak-anak? Yang notabenenya menonton tidak didampingi orang tua karena TV sendiri sudah disimpan 24 jam didalam kamar dan bebas ditonton kapan saja dengan memencet alat bernama remote.
Semenjak banyak TV swasta bermunculan, minat menonton televisi semakin meningkat tajak, dalam kurun watku sepuluh tahun, paling tidak ada belasan TV swasta nasional bermunculan dan diikuti puluhan TV lokal dihampir setiap daerah. Program yang ditayangkan juga bermacam-macam dengan ciri khas yang berbeda. Masyarakat pun punya banyak pilihan untuk menonton televisi dan program yang mana tanpa harus terfokus pada satu TV saja.

Pengaruh yang ditimbulkan pun luar biasa, baik positif maupun negatif, semuanya berdinamika tergantung bagaimana filter yang ada. Pengaruhnya tidak bisa dibendung dan perkebangan teknologi yang pesat membuat masyarakat hanya bisa pasrah. Tingkat pengetahuan yang rendah dan ketidakmampuan masyarakat mengadopsi ilmu membuat pilihan mereka lebih kearah acara hiburan. Untuk acara hiburanpun hanya yang benar-benar bersifat menghibur tanpa ada edukasi didalamnya.

Ada dampak signifikan pula antara menonton televisi dan kesehatan, dari penelitian, disimpulkan bahwa Orang yang gemar menonton televisi hingga berjam-jam ternyata meningkatkan risiko kematian dengan berbagai sebab. Penelitian terbaru bahkan menyebutkan, setiap jam yang kita habiskan untuk memelototi layar televisi bisa meningkatkan 11 persen risiko kematian dari sebab-sebab apa pun, dan 18 persen dari penyakit kardiovaskular saja. Studi ini diperoleh dari pengamatan mengenai hubungan antara kebiasaan menonton televisi dan kematian 8.800 orang Australia.

Saat nongkrong di depan televisi, Anda pasti tak sendiri, melainkan ditemani sebungkus keripik kentang, gorengan, ditambah teh manis atau minuman bersoda. Bila sudah memangku kantong keripik, Anda pasti bisa duduk sampai malam. Itu sebabnya orang seperti ini disebut sebagai Mr Couch Potatoes.

Penemuan ini terlepas dari fakta bahwa para peneliti juga memperhitungkan faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kematian, seperti usia, gender, lingkar pinggang, dan kebiasaan berolahraga.
Sebanyak 3.846 pria dan 4.954 wanita Australia berusia di atas 25 tahun dan memiliki sejarah penyakit kardiovaskular mengikuti penelitian ini. Responden ditanya mengenai gaya hidup mereka, termasuk berapa lama waktu menonton televisi dalam minggu terakhir. Peneliti juga memeriksa kadar kolesterol dan gula darah responden.

Cukup menakutkan bukan, jadi paling tidak pilihlah saluran televisi yang berguna dan mendidik siapa yang menonton, jangan lupa untuk mengurangi kebiasaan mengemil karena ini mengakibatkan efek yang tidak baik terhadap kesehatan kita. Jangan lupa untuk mendampingi putra-putri yang hendak menonton televisi.


Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.