Selamat Jalan Bapak Toleransi Umat Beragama, GUSDUR

Huahhhh saya menulis ini saat acara pemakaman KH Abdurahman Wahid. Cukup menggemparkan atas meninggalnya Gusdur. Siapa sangka, hanya dalam 2 hari kesehatan menurun, beliau bisa berpulang kehadiratNya. Seperti yang diketahui publik bahwa beliau sudah lama menderita berbagai macam penyakit, mulai dari Stroke, Diabetes sampai gagal ginjal. Sudah banyak penyakit yang diderita dan itu sudah berlangsung lama. Saya menyimpulkan saja dari berbagai informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber.
Beberapa waktu yang lalu kita sempat mendengar bahwa gusdur mengalami kelelahan setelah berkunjung ke makan ayah dan kakeknya di Jombang, Beliau berkeras untuk mengunjungi tempat ini, padahal dalam perjalanan, kendaraan sudah berbalik ke Surabaya karena kesehatannya tiba-tiba menurun, kadar gula yang tiba-tiba turun dan sakit gigi yang sudah cukup lama menjadi keluhan utama beliau. Akhirnya beliau kembali ke Jombang karena menurut seliau, Almarhum sang kakek ingin bertemu

Banyak cerita yang menyatakan bahwa beliau mempunyai indera ke 6, mulai dari bisa menyimak apa yang terjadi disekitarnya, padahal beliau dalam keadaan tidur lelap. Saat menonton film, walaupun demikian, beliau dapat mengetahui bagaimana jalan cerita film tersebut, beberapa moderator terkenal juga sempat menyatakan bahwa pada saat ada dialog dan diskusi berlangsung, beliau tertidur. Pada saat sessi pertanyaan moderator harus berusaha mencatat semua pertanyaan dengan detail, tapi cukup mengagetkan bahwa gusdur mengtahui semua pertanyaan yang dilontarkan dan beliaupu hapal betul siapa yang memberikan pertanyaan itu. Luar biasa, 11 pertanyaan bisa dijawab semua dengan lengkap dan detail.

Gusdur sosok yang sangat akrab dengan masyarakat, beliau banyak mendobrak aturan termasuk aturan protokoler kpresiden saat beliau menjabat. Tidaklah sulit untuk bertemu dengan Gusdur, tidak membutuhkan waktu yang sulit. Tidak harus mengantri berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Beliau selalu membuka istana dan membiarkn siapa saja dan kapan saja untuk menemuinya sehingga istana presiden menjadi istana rakyat pada masa kepemimpinannya. Beliau membebaskan siapa saja yang ingin berbincang dengan beliau. Tidak ada sekat dan menganggap bahwa semua orng sama dan sejajar. Menjadikan dan memperlakukan setiap orang secara manusiawi

Kita juga sering ingat dengan ucapan “Gitu aja kok repot.....”. Sangat fenomenal dan sudah menjadi jargon publik. Banyak hal lain yang membuat kita cukup mengernyitkan kening dan tertawa terpingkal-pingkal. Banyolan yang spontan dari madura sampai Irlandia. Banyak juga hal yang tidak dimengerti dan mengndung penuh arti. Saat pemerintahan Megawati dan mobil anti peluru kepresidenan hilang, gusdur dimintai tanggapan oleh wartawan. Dengan santai dan tanpa berpikir beliau berkata, “saya ngga tahu yang anti peluru, wong saya anti kekerasan kok”. Ada-ada saja guyonn Gusdur belum lagi guyonan mengenai dai yang menangkap imam. Ya... yang diksud adalah Dai Bachtiar yang menangkap Imam Samudra. Masih banyak lagi guyonan khas Gusdur yang tidak gampang dilupakan. Saat bertemu Bill Clinton, dengan santainya dia bertanya bagaimana kabar Monica Lewinsky dan pada saat bertemu Fidel Castro di Cuba dan ditanya mengenai humor baru dengan santainya beliau menjawab Di Indonesia itu presidennya Gila semua, yang pertama gila perempuan, yang ke dua gila kekuasaan, yang ketiga gila teknologi... sedang yang ke empat..... yang memilih yang gila. Hahahahahaha ada-ada saja.

Sifat beliau yang ceplas ceplos dan sering berbicara tapa dipikir membuat banyak orang yang senang sekaligus menjadi tersinggung. Namun tidak bisa dipungkiri beberapa hal konteoversi lainnya, seperti mengatakan DPR seperti taman kanak-kanak bahkan sekarang mengalami kemunduran menjadi play group. Yang diurusi beliau juga tidak sedikit, mulai dari Agama, Politik sampai dunia musik. Semua diurusi. Sungguh benar benar plural dan sangat sibuk sekali. Pasti masih ingat saat Ahmad Dhani dibela oleh Gusdur saat berseteru dengan FPI. Inul Daratista yang berseteru dengan Rhoma Irama. Gusdur merupakan penyelaras banyak hal. Kesukaan musik beliau juga luar biasa, mulai dari sholawat, Mozrt sampai janis Joplin. Kaya sekali khasanah musik dan beliau selalu bisa nyambung jika diajak ngobrol tentang berbgai jenis musik.

Bapak pluralisme juga menjadi salah satu julukan untuk Gusdur yang diberikan presiden SBY saat memberikan sambutan upacara pemakaman. Saya juga mengutip salah satu ungkpan beliau tentang pluralisme dan romo mangun. “saya dan romo mangun itu beda agama tapi satu iman”. Apa maksud Gusdur? Saya tidak mau menebak atau memberikan asumsi saya, silakan berasumsi masing-masing sesuai dengan apa isi kepala anda. Satu hal yang luar biasa saat Gusdur mencabut TAP MPR yang melarang kebebasan etnis Tionghoa, menjadikan Kong Hucu sebagai agama yang diakui negara dan menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional, tidak lupa membebaskan kaum Tiong Hoa untuk melakukan ritualnya di muka umum. Beliau juga mengatakan “Kita Ini harus jadi 100% orang Indonesia dn 100% Islam, jangan menjadi 60% Indonesia dan 40% Arab”. Apa hubungannya? Kembali saya katakan, silakan beasumsi dan mencari referensi sendiri.

Saya pikir pemakaman Gusdur termasuk fenomenal. Hampir semua rohaniawan dari berbagai agama datang kepesantren Tebu Ireng. Belum lagi hampir seluruh pesantren di Jawa Timur datang dan memberi penghormatan terakhir disini, selain dari background keluarga terpandang yang berlatar belakang keagamaan yang kuat “Bani Hasyim” membuat Gusdur dianggap sudah setara Wali oleh para pengikutnya. Sungguh luar biaya keragamannya. Saya mungkin baru melihat pemakaman ulama besar dihadiri oleh semua pemimpin agama. Belum lagi para pejabat negara yang datang, begitu banyak dengan berbagai kalangan, mulai dari teman sampai musuhnya. Semua memberikan hormat.

Gusdur sudah seperti Internet yang mempunyai jaringan networking yang sangat luas.
Gusdur mempunyai fenomena sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, punya kharisma yang besar, semua pencapainya selalu mencapai puncak, sebagai orang pintar beliau pernah menjadi dosen bahkan rektor, sebagai pemain politik, beliau sempat 3 periode memimpin Nadhatul Ulama, Kelompok Islam terbesar di Indonesia, Ketua dewan syuro Partai Kebangkitan Bangsa dan Menjadi Presiden Republik Indonesia ke Empat. Dalam hal Keagamaan, beliau dianggap seseorang yang sangat berpengaruh dan dianggap sebagai wali, sebagai warga negara, beliau memberikan kontribusi yang sangat banyak. Guru bangsa yang banyak mengajarkan ilmu demokrasi dalam pluralisme. SELAMAT TINGGAL GUS..... Jasamu sungguh luar biasa.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.