Cemilan Malam < Empek-Empek Jalan Nurali

Malam yang cukup cerah dan kebetulan ada yang ngajakin makan, mana ditraktir pula. tentu saja saya akan sangat berminat. Tapi berhubung saya masih merasa kenyang dan dalam proses membentuk badan proporsional maka saya menolak untuk makan yang berat-berat. Memang cukup alot penawaran yang diberikan tya mengenai jenis makanan yang akan dikomsumsi malam ini dan asal tahu aja bahwa janjian traktiran ini disebabkan pengiriman SMS aneh yang menyebabkan saya harus turun dari lantai 2 kelantai 1 tanpa menginjak tanah.... How come?? :~ :~ :~

Akhirnya setelah menyelesaikan pembicaraan dan menyatakan bahwa ini adalah traktiran permohonan maaf. Maka diputuskan untuk menikmati makan malam berupa empek-empek Nurali tepat dipersimpangan Jalan Sidas deket Matahari Mall. Beberapa orang yang akan makan empek-empek ini ditambah seorang lagi yang tiba-tiba "menjemunuk jaya". Sebelum meluncur kelokasi kita ngumpul dulu di Volare dan langsung meluncur kesana. Terus apa review saya disini??? Let's go Blogger!!!

Wah, masih seperti yang dulu. Itulah yang ada dibenak saya. tidak ada yang berubah dari tempat ini semenjak saya meliput pada saat ramadhan tahun lalu. Sepeti biasa, saat masuk kewarung ini, akan trcium bau khas sesuatu yang digoreng. Saya tidak tahu daftar menu apa saja yang ditawarkan disini, karena kebetulan saya tidak diberikan daftar manu saat saya tiba, hanya pelayan yang datang dan menanyakan pesanan kami.

Sebenarnya daftar menu memang simpel tapi sangat dibutuhkan agar tamu tidak kebingungan dan pelayan pun tidak kesulitan dalam menjelaskan jnis makanan yang dapat disediakan. Nah saya pikir karena ini warung empek-empek makanya saya langsung pesen empek-empek dan segelas jus jeruk besar.

Tak berapa lama pesanan jeruk besar datang, dan langsung saya nikmati minuman ini, hmmm seger dan manis. Selanjutnya pesanan empek-empek saya datang. sebelumnya saya pikir bakal ada empek-empek komplit yang bakal muncul, ternyata anda salah saudara-saudara........ hanya empek-empek kapal selam, kuah cuko, abon ikan dan acar timun. tanpa pelengkap laen. :#

DAri segi rasa, saya tidak menemukan sesuatu yang special dari bahan empek-empek ini. Hanya ada rasa gurih karena digoreng tanpa ada rasa ikan. Saya hanya bisa menikmati isian berupa telur. tidak ada yang lebih menarik di empek-empek ini, untuk kuah cukonya sendiri, saya hanya merasa manis gula merah tanpa rasa gurih dan sedikit abon ebi yang bisa ditambahkan disana. Tapi maaf, sekali lagi saya tidak merasakan sesuatu yang lezat sedikitpun. Entahlah, sekali lagi, saya ngga merasakan sesuatu yang membuat lidah saya bergoyang untuk empek-empek disini, sangat biasa sekali, nothing secial here. sorry to say ;) :z

Bagaimana pula denga sejarahnya? kita coba ulik ulik sedikit!!!
Pempek atau Empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan dan sagu. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa pempek adalah pusatnya adalah Palembang karena hampir di semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.

Penyajian pempek ditemani oleh saus berwarna hitam kecoklat-coklatan yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, cabe rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Cuko adalah teman makan pempek yang setia, dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Ada juga cuko manis bagi yang tidak menyukai pedas.

Jenis pempek yang terkenal adalah "pempek kapal selam" adalah telur ayam yang dibungkus dengan adonan pempek dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat (atau terkenal dengan nama "ada'an"), pempek kulit ikan, pempek pistel (isinya irisan pepaya muda rebus yang sudah dibumbui), pempek telur kecil, dan pempek keriting.

Pempek bisa ditemukan dengan gampang di seantero Kota Palembang. Ada yang menjual di restoran, ada yang di gerobak, dan juga ada yang dipikul. Juga setiap kantin sekolah pasti ada yang menjual pempek. Tahun 1980-an, penjual pempek bisa memikul 1 keranjang pempek penuh sambil berkeliling Kota Palembang jalan kaki menjajakan makanannya!. Pempek sekarang ada dua jenis yaitu Parempek campuran antara Pare dan Pempek.

Pempek Palembang yang berbahan dasar sagu dan ikan itu sebenarnya bukti akulturasi antara budaya Tionghoa dan warga Palembang. Semula, yang berjualan pempek di Palembang adalah kakek-kakek Tionghoa yang berkeliling menjajakan dagangan dengan sepeda. Pempek berasal dari kata apek yang artinya kakek dalam bahasa daerah suku bangsa Tionghoa. Orang memanggil pedagang dengan apek-apek, lalu berubah menjadi pempek.

Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.

Berdasar cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi. Hasil tangkapan itu belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Si apek kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.

Pada awalnya pempek dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.

Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti Tenggiri, Kakap Merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah.

Dari satu adonan pempek, ada banyak makanan yang bisa dihasilkan, bergantung baik pada komposisi maupun proses pengolahan akhir dan pola penyajian. Di antaranya adalah Laksan, Tekwan, Model, dan Celimpungan. Laksan dan celimpungan disajikan dalam kuah yang mengandung santan; sedangkan model dan tekwan disajikan dalam kuah yang mengandung kuping gajah, kepala udang, dan bumbu lainnya

Di daerah asalnya, pempek dapat dimakan setiap saat, khususnya sebagai makanan selingan, tanpa mengenal waktu. Di restoran, pempek lebih digolongkan sebagai makanan pembuka (appetizer), yaitu jenis makanan yang dihidangkan dalam keadaan panas atau dingin, yang disajikan pada permulaan dari suatu urutan makanan lengkap.

Pempek merupakan makanan tradisional masyarakat Palembang yang terbuat dari bahan dasar daging ikan giling dan tepung tapioka. Pempek memiliki citarasa khas dan disukai masyarakat, memiliki nilai ekonomi dan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi utama pada pempek adalah protein, lemak, dan karbohidrat yang diperoleh dari ikan dan tepung tapioka. Kandungan gizi lainnya berupa vitamin dan mineral.

Penggunaan ikan yang semakin banyak akan meningkatkan kadar lemak, protein, dan rasa enak pempek, tetapi tentu saja harganya menjadi lebih mahal. Pempek yang dijual murah biasanya terbuat dari tepung kanji yang ditambahkan penyedap rasa, tanpa menggunakan ikan. Jenis ini di Palembang disebut sebagai pempek dos.

Komposisi zat gizi pempek berbeda-beda menurut jenis serta bahan baku ikan yang digunakan. Pempek kapal selam memiliki kadar protein, lemak, dan vitamin A lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya karena adanya penambahan telur di dalamnya. Pempek dalam porsi lengkap memiliki kandungan zat gizi yang lebih baik dibandingkan dalam bentuk satuan. Komposisi gizi pempek juga berbeda-beda menurut daerah asalnya

Mengingat demikian khas citarasa dan cukup tingginya kadar gizi pempek, maka tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak mencobanya. Mengapa tidak dimulai dari sekarang?
Resep Empek-Empek Palembang



Bahan:

50 g tepung terigu, 500 ml air, 2 siung bawang putih, parut halus, 500 g
daging ikan tenggiri/belida cincang halus,

3 sdt garam, 2 sdt gula pasir, 350 g tepung kanji, 2,5 liter air, 1 sdm
minyak sayur

Cuko:

50 g asam Jawa, 150 g gula merah, sisir halus, 700 ml air

Haluskan:

100 g cabai rawit, 2 sdm tong cai, 5 siung bawang putih, 2 sdm ebi, rendam
hingga lunak, tiriskan

Pelengkap:

150 g mentimun, potong kecil, 50 g ebi, rendam hingga lunak, tumbuk halus,
sangrai

Cara membuat:

* Aduk tepung terigu bersama air dan bawang putih. Masak di atas api
sambil aduk hingga menjadi bubur kental. Angkat dan dinginkan.

* Campur dengan daging ikan garam, gula, dan tepung kanji. Aduk-aduk
hingga menjadi adonan yang licin dan kalis.

* Bentuk adonan ini menjadi silender (bulat panjang) untuk membuat
empek-empek lenjer atau isi dengan telur ayam untuk empek-empek kapal selam.

* Masak air bersama minyak hingga mendidih.

* Masukkan adonan yang sudah dibentuk, rebus hingga mengapung.
Tiriskan.

* Cuko: Rebus asam bersama gula merah dan air hingga mendidih dan
gula larut.

* Angkat, saring.

* Masak kembali bersama bumbu halus hingga mendidih. Angkat.
Dinginkan.

* Penyajian: Jika suka, goreng empek-empek hingga agak kuning.
Angkat, tiriskan.



Potong-potong. Beri mentimun dan Cuko. Taburi ebi halus dan sajikan.



Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.