Mencoba mengkoleksi Kantong Semar (Nepenthes . SP)

Nih dia sekilas mengenai kantong semar, kebetulan saya lagi membudidayakannya dan mengkoleksi beberapa species kantong semar. Anda tertarik untuk bersama-sama mengoleksinya? hubungi saya ya............!
Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotypic, terdiri dari 80-100 spesies, baik yang alami maupun hibrida. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia (55 spesies, 85%), Tiongkok bagian selatan, Malaysia, Filipina, Madagaskar, Seychelles, Australia, Kaledonia Baru, India, dan Sri Lanka. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.

Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Tanaman pemakan daging, begitu dulu saya diberi tahu perkara kantung semar. Lama kemudian baru saya sempat melihat sang pemakan daging di hutan Kalimantan. Wujudnya tidak seram seperti julukannya, terlihat cantik malah. Tak heran jika kemudian kantung semar ini lantas menjadi koleksi tanaman hias berharga puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Bagi yang senang, kantung semar adalah tumbuhan yang cantik, menarik, menawan hati, walaupun namanya bukan Diana si putri paman petani. Tetapi di balik kecantikannya, kantung semar hidup di lingkungan penuh derita. Dia tumbuh di tanah yang miskin hara dan/atau tanah yang terlalu asam.

Sebuah fenomena menarik di mana lingkungan miskin lantas menumbuhkan keelokan. Kantung semar toh tidak sendirian dalam hal ini. Anggrek yang diidentikan dengan kecantikan, di alam aslinya juga tumbuh di lingkungan miskin macam begini. Lantas ada juga Venus Fly-Trap, yang juga digelari pemakan daging, yang lebih agresif dari kantung semar. Jika kantung semar pasrah menunggu serangga terpeleset di bibir kantungnya, Fly-Trap mencaplok serangga yang masuk ke perangkapnya. Jika kantung semar pasrah, bagaimana dia dapat serangga? Aha, serangga tak perlu dikejar, cukup dipikat saja untuk mendatangi bibir kantung, dengan warna dan madu.

Istilah pemakan daging sebenarnya agak menyesatkan. Kantung semar “hanya” memakan serangga yang notabene tak pernah diidentikan dengan daging. Tidak pas rasanya mendengar kata-kata daging laler, yang merupakan “santapan” kantung semar. Walaupun terhitung pasif, proses kematian sang serangga yang terpeleset masuk ke dalam kantung semar kok ya mengerikan. Perlahan tapi lama, itu serangga nahas yang klayaban dilarutkan oleh cairan yang ada di dalam kantung semar. Hasil akhirnya adalah jus laler, yang kemudian diserap sebagai makanan kaya nutrisi oleh kantung semar.

Penulis cerita film horor penuh imajinasi akan melihat kantung semar sebagai objek kengerian layak jual. Misal kata, kantung semar dijadikan sebesar tong dan lantas ada manusia sial petualang rimba pencari harta karun yang terpeleset ke dalamnya. Proses pencenaan lantas dimulai. Daging dan tulang berubah menjadi cairan, diiringi lolongan maut sang korban. Atas alasan durasi putar flm, prosesnya dipercepat. Penonton bergidik puas, setimpal dengan harga karcis untuk menyaksikan jualan kengerian. Ah, tapi itu cuma film.

Sengeri itukah kantung semar? Dalam Bahasa Melayu, tumbuhan ini dikenal dengan nama periuk kera atau cawan monyet. Konon, kera-kera dahaga akan meminum cairan yang ada di dalam kantung semar sebagai pelepas rasa haus. Seorang pengajar cara bertahan hidup di alam bebas pernah berkata kepada saya, jangan kau minum itu cairan kecuali amat sangat terpaksa. Saya setuju dengannya dan untungnya hingga kini saya belum mengalami minum jus laler.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.