Nasi Uduk Cabang Sungai Raya di Jalan Purnama

Sudah lama saya tidak menulis tentang makanan..... wah sekian lama berkutat dengan sesuatu yang pelik dan membosankan akhirnya saya kembali kekehidun kuliner. kali ini saya ngga membahas makanan Malang lagi, tapi ngebahas makanan ditempat baru saya, PONTIANAK. A lot of food here. perpaduan makanan peranakan yang sangat banyak, mulai dari Jawa, Bugis, Dayak sampai Cina. Semua paduan makanan tersebut menghasilkan taste yang baru dan agak janggal bila anda belum terbiasa
Sudah lama saya tidak menulis tentang makanan..... wah sekian lama berkutat dengan sesuatu yang pelik dan membosankan akhirnya saya kembali kekehidun kuliner. kali ini saya ngga membahas makanan Malang lagi, tapi ngebahas makanan ditempat baru saya, PONTIANAK. A lot of food here. perpaduan makanan peranakan yang sangat banyak, mulai dari Jawa, Bugis, Dayak sampai Cina. Semua paduan makanan tersebut menghasilkan taste yang baru dan agak janggal bila anda belum terbiasa....


Kemaren, 2 hari yang lalu saya sempat mencoba nasi uduk yang ada dijalan purnama deket rumah saya, ngga ada identitas jelas diwarung ini, terletak di diepan agak kepinggir dari sebuah mini market yang tidak ada plang namanya. warung ini berdiri dengan beberapa stan yang lain (kalau jawa timur mengatakan ini sebagai depot) terletak dipinggir jalan utama purnama (saya bisa menunjukkan ke anda hehehehe)klo dilihat tingkat kebersihannya boleh dikatakan lumayan tapi disaat saya makan ada bekas-bekas air yang tidak dibersihkan dan terdapat 1 bungkus rokok kosong yang tidak dibuang pelayannya. Nah dari segi pelayanan memang tergolong lambat dan tidak bersahabat (apakah ini khas pelayanan warung pinggir jalan kota pontianak?)untuk memesan segelas es jeruk nipis saya harus mengunjungi meja kasir dan berteriak beberapa kali agar pelayannya mendengar, dan menyebalkan lagi pelayannya cuman bertanya "ada apa bang?" ya elah..... ya pengen makanlah.... masa pengen beli paku....! seandainya ada palu pasti udah digetok!! Saya pesan lagi nasi uduk 1 porsi plus lauknya. sepelayan langsung berteriak ke pembantu laen... "nasi uduk 1 makan sini!!!" wow.... look like hutan HUH" si pelayan tersebut dengan tergopoh-gopoh menyediakan nasi uduk seporsi... tapi.... tunggu.... mana lauknya?? ya elah! ternyata masih digoreng!!

penyajian yang seperti pastinya tidak etis, nasi telah dingin lauknya belum dateng, btw sebelumnya es teh pesanan saya udah terlebih dulu datang plus cengingisan si pelayan! alhirnya saya liatin aja nasinya sembari menunggu lauknya datang...... hore datang juga....tapi sang pelayan datang membawa lauk dan sambal sembari setengah melempar dimeja!!! Whaz up boy???

Sudahlah... perut sudah lapar, sudah jam 9 malam/ sekarang kita rasakan apa yang terasa di nasi uduk ini. Untuk nasi tampilannya sudah lumyan oke dan pas porsinya (menurut saya) cuman ngga ada garnish apa-apa kecuali taburan bawang goreng yang jumlahnya sangat sedikit dan ngga sesuai dengan jumlah nasinya. untuk aya yang digunakan seperti ayam yang beratnya dibawah 1 kilo karena cuman dibagi 4 potong, dari bentuknya ayam ini dibuat melalui proses ungkep dalam waktu yang cukup lama dan api kecil dan kemudian digoreng menggunakan tepung berbumbu, terus ada tambahan potongan tempe dan tahu yang sangat kecil dan digoreng menggunakan tepung berbumbu. ditambah dengan1 potong kecil kol dan 4 slices tipis ketimun. serta ada taburan kremes diatasnya. serta 1 cup kecil sambal yang berwarna agak coklat.

sekarang untuk masalah rasa. dari nasi uduknya memang terasa gurih namun tidak tercium bau harum yang merupakan khas nasi uduh (biasanya ditambahkan daun pandan atau cengkeh), untuk rasa ayamnya memang terasa lembut dan daging gampang lepas dari tulangnya namun bumbu yang dimasih blum terasa nerasuk, kemungkinan ada beberapa bumbu yang hanya diberikan sedikit (seperti sereh, jahe dan lada ini akan membuat ayam berbau amis jika sudah dingin, untung tepung bumbunya bisa membantu sedikit saat digoreng (menurut saya ayam bakar lebih pas untuk padanan nasi uduk), untuk tempe dan tahu goreng rasanya tidak jauh berbeda namun terlalu kecil potongnnya (lebih baik pilih salah satu item saja jika untuk disajikan (tahu atau tempe), dari tambahan lalapan yang diberikan masih jauh dari lengkap,seharusnya ada kemangi dan kacang panjang muda (khas betawi), untuk sambalnya sendiri terasa sebagai sambal peranakan (dimana disana terasa sedikit campuran tauco atau petis sedikit, biasanya bahan ini ditambahkan pada masakan chinesse food) rasanya memang beda namun saya rasa sambal ini tidak pas untuk nasi uduh, lebih enak untuk dimakan bersama resoles, lebih baik jika disajikan dengan sambal bajak atau sambal keca atau kedua-duanya disajikan bersama tentu saja dengan rasa yang lebih pedas!

wah yang terakhir ngga kalah mengejutkan adalah harganya.... totalnya 13ribu rupiah... menurut saya itu ngga sepadan dengan rasanya!!! pengalaman yang mengesankan untuk pelayanan, tampilan dan rasa yang ada..... not worth it
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.